NPM : 15111841
KELAS : 3KA33
Metode adalah suatu prosedur atau cara seseorang dalam melakukan suatu
kegiatan
(berupa observasi) yang bertujuan untuk mempermudah memecahkan suatu masalah secara teratur, sistematis,
dan terkontrol. Ilmiah adalah sesuatu
ilmu untuk mendapatkan suatu pengetahuan secara alami berdasarkan bukti
fisis. Jadi, bila kita menjabarkannya
lebih luas apa itu metode ilmiah, metode ilmiah adalah suatu proses kegiatan
keilmuan dalam melakukan suatu proyek ilmiah (science project) untuk memperoleh
pengetahuan secara asistematis berdasarkan bukti fisis.
Cara untuk memperoleh pengetahuan atau kebenaran pada metode ilmiah
haruslah diatur oleh pertimbangan-pertimbangan yang logis (McCleary,
1998). Ilmu pengetahuan seringkali berhubungan
dengan fakta, maka cara untuk mendapatkan
jawaban-jawaban dari semua
pertanyaan yang diterima dari hasil observasi harus secara sistematis berdasarkan fakta-fakta
yang ada.
Hubungan antara penelitian dan metode ilmiah adalah sangat erat atau
bahkan tak terpisahkan satu dengan
lainnya. Intinya bahwa metode
ilmiah adalah cara menerapkan
prinsip-prinsip logis terhadap
penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Dengan adanya metode ilmiah ini pertanyaan-pertanyaan dasar dalam mencari kebenaran seperti apakah yang dimaksud, apakah benar demikian, mengapa begini/begitu, seberapa jauh, bagaimana hal
tersebut terjadi dan sebagainya,
akan lebih mudah terjawab.
A. Unsur
metode ilmiah
Unsur utama metode
ilmiah adalah pengulangan empat langkah berikut:
1. Karakterisasi
(pengamatan dan pengukuran)
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas
subjek yang diamati. Dalam proses karakterisasi, peneliti harus
mengidentifikasi secara cermat sifat-sifat subjek yang akan diteliti.
2. Hipotesis
(penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan pengukuran)
Hipotesis merupakan suatu ide atau dugaan sementara tentang
penyelesaian
masalah yang diajukan dalam proyek ilmiah. Hipotesis yang berguna akan
memungkinkan prediksi berdasarkan deduksi. Prediksi tersebut menghasilkan suatu hasil yang nantinya diperuntukkan untuk pengambilan keputusan.
masalah yang diajukan dalam proyek ilmiah. Hipotesis yang berguna akan
memungkinkan prediksi berdasarkan deduksi. Prediksi tersebut menghasilkan suatu hasil yang nantinya diperuntukkan untuk pengambilan keputusan.
3. Prediksi
(deduksi logis dari hipotesis)
Hasil
dari dugaan sementara hipotesis akan menghasilkan suatu prediksi yang logis berupa
probabilitas yang meramalkan hasil suatu penelitian.
4. Eksperimen
(pengujian atas semua hal di atas)
Eksperimen
dirancang dan dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
B. Adapun
langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan
masalah.
2. Merumuskan
hipotesis.
3. Mengumpulkan data.
4. Menguji
hipotesis.
5. Merumuskan
kesimpulan.
v Merumuskan
Masalah
Berpikir
ilmiah didasari dengan kesadaran akan
adanya masalah yang ada disekitarnya. Permasalahan ini kemudian dirumuskan
dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan
memudahkan orang yang melakukan observasi lapangan dengan membagikan kuesioner
kepada koresponden lalu kumpulkan data yang dibutuhkan dan menganalisis data
tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan.
Bagaimana mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila
masalahnya sendiri belum dirumuskan?
v Merumuskan
Hipotesis
Hipotesis
adalah jawaban sementara (prediksi) dari rumusan masalah yang masih memerlukan
pembuktian kebenarannya berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dianalisis
melalui observasi lapangan. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah,
perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu
mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat
melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh
karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk
mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir
ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
v Mengumpulkan
Data
Pengumpulan
data merupakan tahapan yang berbeda dari
tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di
lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu
mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan
data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan
pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung
pada data yang dikumpulkan.
v Menguji
Hipotesis
Sudah
disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu
permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan
sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji
hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun
menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian
hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf
signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan
semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini
dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan
suatu pengujian hipotesis itu sendiri.
v Merumuskan
Kesimpulan
Langkah
paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan
perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang
telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk
kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis
data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap
cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan
temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan
rumusan masalah yang diajukannya.
1. Pertanyaan
– Pertanyan Ilmiah
Banyak
pertanyaan yang diajukan tidak jelas dan tidak layak sebagai pertanyaan
penelitian. Terkesan remeh dan tidak menarik, sehingga membuat orang tidak
tertarik membacanya. Betapapun menariknya tema atau topik yang akan diteliti,
tetapi jika pertanyaannya tidak dirumuskan dengan baik, penelitian
tersebut tidak menarik minat orang. Jika ini terjadi, hasil penelitian tidak
banyak memberikan nilai guna karena tidak dibaca orang. Padahal, salah satu
syarat penelitian yang baik adalah memberikan nilai guna, baik secara teoretik
maupun praktis.
Selain
itu, sering terjadi tumpang tindih antara pertanyaan untuk metode penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif. Padahal, masing-masing berbeda
secara tajam, mulai paradigma yang melandasi kedua metode tersebut, tujuan,
hakikat realitas, cara perolehan data, analisis data, hingga temuan akhirnya.
Karena itu, merumuskan masalah penelitian harus cermat dan hati-hati serta
tidak sekali jadi. diperlukan waktu untuk merenungkannya sehingga terwujud
rumusan pertanyaan penelitian yang memenuhi syarat ilmiah yang baik. setiap
kata dalam rumusan masalah berimplikasi sangat luas, baik secara substantif,
teoretik maupun metodologis. Karena itu, ia harus jelas, tidak saja bagi
peneliti sendiri tetapi juga bagi pembacanya. Berikut penjelasan
ringkasnya yang disari dari berbagai sumber.
A. Syarat
Pertanyaan Penelitian
Pada
hakikatnya pertanyaan penelitian dirumuskan dengan melihat kesenjangan yang
terjadi antara:
1. Apa yang seharusnya
terjadi (prescriptive) dan yang sebenarnya terjadi(descriptive)
2. Apa yang diperlukan
(what is needed) dan apa yang tersedia (what is available)
3. Apa yang diharapkan
(what is expected) dan apa yang dicapai (what is achieved)
B. Pertanyaan
penelitian selalu diawali dengan munculnya masalah yang sering disebut sebagai
fenomena atau gejala tertentu. Tetapi tidak semua masalah bisa diajukan sebagai
masalah penelitian. Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar bisa
diangkat sebagai masalah penelitian.
Berdasarkan kajian
referensi buku-buku metodologi peneltian, setidaknya terdapat tujuh syarat yang
harus dipenuhi, yaitu:
1) Tersedia data atau
informasi untuk menjawabnya,
2) Data atau informasi
tersebut diperoleh melalui metode ilmiah, seperti wawancara, observasi,
kuesioner, dokumentasi, partisipasi, dan evaluasi/tes,
3) Memenuhi persyaratan
orisinalitas, diketahui melalui pemetaan penelitian terdahulu (state of the
arts),
4) Memberikan sumbangan
teoretik yang berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
5) Menyangkut isu
kontroversial dan unik yang sedang hangat terjadi,
6) Masalah tersebut
memerlukan jawaban serta pemecahan segera, tetapi jawabannya belum diketahui
masyarakat luas, dan
7) Masalah itu diajukan
dalam batas minat (bidang studi) dan kemampuan peneliti.
C. Untuk
mencapai maksud tersebut di atas, peneliti perlu melakukan pertanyaan reflektif
sebagai pemandu. Menurut Raco (2010: 98-99), ada beberapa pertanyaan awal untuk
dijawab sebagai berikut:
1) Mengapa masalah
tersebut penting untuk diangkat,
2) Bagaimana kondisi
sosial di sekitar peristiwa, fakta atau gejala yang akan diteliti,
3) Proses apa yang
sebenarnya terjadi di sekitar peristiwa tersebut,
4) Perkembanghan atau
pergeseran apa yang sedang berlangsung pada waktu peristiwa terjadi
5) Apa manfaat
penelitian tersebut baik bagi pengembangan ilmu pengetahun dan masyarakat
secara luas di masa yang akan datang.
D. Dilihat
dari jenis pertanyaannya, para ahli metodologi penelitian seperti Marshall
& Rossman (2006), dan Creswell (2007: 107) setidaknya membaginya menjadi
tiga macam pertanyaan, yaitu:
1) Deskriptif (yakni
mendeskripsikan fenomena atau gejala yang diteliti apa adanya), dengan
menggunakan kata tanya ‘apa’. Lazimnya diajukan untuk pertanyaan penelitian
kualitatif.
2) Eksploratoris (yakni
untuk memahami gejala atau fenomena secara mendalam), dengan menggunakan kata tanya
“bagaimana”. Lazimnya diajukan untuk pertanyaan penelitian kualitatif.
3) Eksplanatoris
(yakni untuk menjelaskan pola-pola yang terjadi terkait dengan fenomena yang
dikaji, dengan mengajukan pertanyaan ‘apa ada hubungan atau korelasi, pengaruh
antara faktor X dan Y). Lazimnya untuk pertanyaan penelitian kuantitatif.
E. Contoh
untuk masing-masing pertanyaan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pertanyaan
deskriptif: Apa aja strategi yang dipakai Kepala Sekolah dalam memajukan
sekolah yang dipimpinnya?
2. Pertanyaan
eksploratif : Bagaimana model kepemimpinan Kepala Sekolah tersebut dalam upaya
memajukan sekolah?
3. Pertanyaan
eksplanatif: Bagaimana pengaruh model kepemimpinan otoriter terhadap kepatuhan
staf?
2. Ciri
Masalah Penelitian yang Baik
a. Memiliki
nilai kebaruan (novelty).
b. Jawabannya
penting untuk diketahui masyarakat luas
c. Memiliki
nilai nilai guna atau manfaat.
d. Fisibel,
artinya terjangkau dari sisi perolehan data, beaya, waktu, dan kualifikasi peneliti.
e. Tidak
bertentangan dengan norma atau nilai yang ada di tempat penelitian dilakukan.
F. Sebagai
tambahan wawasan perlu disajikan pula tipe penelitain berdasarkan bidang
kajian, lokus, pemakaian, dan tujuan utama penelitian sebagai berikut:
1. Berdasarkan bidang
yang dikaji: pendidikan, manajemen pendidikan, sejarah, bahasa, hukum, politik,
agama, politik dsb.,
2. Berdasarkan
lokus atau tempat penelitian: lapangan, laboratorium, pustaka
3. Berdasarkan
pemakaian: dasar (basic) atau murni (pure) dan terapan (applied)
4. Berdasarkan
tujuan utama: deskriptif, eksploratif, eksplanatif, verifikatif.
Thomas Armstrong. Buku Paduan Menuju Multipel Intelejensia
Bagi Anak-anak. Interaksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar