Karena takut merasa
kalah tentunya menang dengan cara yang yang tidak jujur itulah yang dilakukan
oleh para pemimpin negeri ini untuk melanggengkan kekuasan. Baik itu pemilihan presiden,
pemilihan gubernur, bupati, walikota dan pemilihan anggota legislatif DPR sampai ke DPRD I dan II segala
cara bisa menjadi halal. Berikut beberapa modus kecurangan pemilu legislatif daneksekutif
Sederhananya begini,
jika anda seorang incumbent, sebagai juara bertahan tentunya anda bisa terpilih
untuk priode berikutnya (priode ke II), karena anda sudah memiliki sumber daya
manusia yang ada. Jika anda bupati, kepala dinas dijajaran yang anda pimpin
bisa diberdayakan untuk team sukses pemilihan berikutnya, tentunya dengan cara
terselubung, karena modus
kecurangan pemilu ini melanggar aturan KPU Pusat / Daerah
Modus kecurangan pada pemilu legislatif atau eksekutif sama saja. yang
paling mendasar adalah siapa yang punya dana besar dan bisa memobilisasi masa,
dialah yang menang. Dalam pemilu legislatif one man one vote, begitu juga dalam
pemilu eksekutif satu orang mempunyai hak satu suara. Tentunya suara terbesar
adalah di akar rumput alias rakyat jelata. Jadi menteri sekalipun anda hak
suara anda sama nilainya dengan tukang asongan yang ada diperempatan jalan.
Umumnya modus saat kecurangan pemilu sulit
dilakukan di kota-kota besar, modus
kecurangan pemilu di kota besar pastinya melibatkan orang-orang
yang super pintar, taktis dan penuh strategi yang jitu. Tingkat pemahaman
masyarakat sudah tinggi dikota besar menjadi alasan yang utama disamping lebih
kritis dan ketersediaan informasi yang bisa di akses oleh semua orang tanpa
batas menjadikan modus kecurangan
pemilu sulit berkembang dikota besar.
Oleh sebab itu
ibukota RI, DKI Jakarta selalu dijadikan barometer perpolitikan nasional, Jika mampu
menguasai DKI 1 maka secara teori anda bisa menguasai Indonesia. Namun faktanya
tidak selalu demikian, karena team pemenangan pemilu legislatif dan eksekutif
sudah memiliki orang kuat atau belum di level akar rumput ?
Modus kecurangan pemilu, team sukses harus bisa memegang pengendali di akar
rumput seperti kepala desa, lurah atau RT dan RW setempat. Rakyat yang tinggal
dipelosok desa hanya menurut saja dengan pemimpin dusun / desanya. Disuruh
memilih partai A atau partai B ikut saja takut kalau dipersulit dalam urusan
administrasi desa seperti KTP, akte kelahiran dan urusan jual beli dan
sebagainya
Untuk bisa memegang
team sukses diakar rumput ini butuh biaya yang tidak sedikit, karena itu
demokrasi di Indonesia adalah demokrasi biaya tinggi. Setiap pilpres, pileg,
pilgub, pilbup dan pilwalikota walaupun penuh modus kecurangan pemilu tetap saja semuanya butuh dana
kampanye dan alat peraga pemilu yang nilainya tidaklah murah.
Selain itu memegang
kendali dibagian penyelenggara pemilu (KPU) juga merupakan modus kecurangan pemilu yang
terstruktur. Ada partai peserta pemilu yang "menitipkan" orangnya
sebagai panitia pemilu (KPU atau KPUD) sehingga bisa mengakses data peserta
pemilu dan bisa menganalisa lebih jauh untuk pemenangan pemilu kedepan. Untuk
lebih memastikan kemenangan pasangkal wakil anda di tiap TPS, pengamat pemilu,
saksi maka perjalanan kemenangan akan semakin mudah.
Belum lagi sejak
dibuat e-ktp oleh departemen dalam negri data yang pemilih tetap pada pemilu legislatif dan
eksekutif 2014 nanti tercatat di KPU berjumlah 181 juta
jiwa, sedangkan data dari Depdagri sebanyak 190 juta jiwa. Modus kecurangan pemilu makin
kental setelah dilakukan pencocokan ditemukan ada 65 juta jiwa data pemilih
tetap yang tidak singkron. Ada yang karena NIK yang tidak sesuai atau NIK yang
kurang dari 16 digit.Sudahkan nama anda terdaftar sebagai pemilih pada
pemilu 2014 nanti ?
Jadi modus
kecurangan pemilu bisa dikategorikan sebagai berikut :
1. Serangan fajar. Harus
diwaspadai pemberian uang atau sembako menjelang fajar menyingsing untuk
memilih partai atau caleg tertentu. Itulah modus kecurangan pemilu nan klasik yang dilakukan setiap
kali pemilu. Berilah mereka pelajaran. Yaitu ambil uang atau sembakonya,
tapi jangan pilih partai atau caleg yang melakukan serangan fajar. Dengan
demikian, warga menunjukkan hati nurani tidak bisa dibeli.
2. Waspadailah pemilih
fiktif yang jumlahnya banyak sekali. Itu potensi kecurangan yang luar biasa.
Fiktif, tapi masih tercantum dalam daftar pemilih tetap. Modus kecurangan pemilu bermacam-macam.
Ada orang yang sudah meninggal, tapi dibikin hidup kembali. Ada anak kecil yang
mendadak dewasa mempunyai hak pilih. Ada pula anggota TNI dan Polri, serta
pemilih ganda yang namanya tercatat lebih satu kali.
3. Pastikanlah apakah
setelah mencontreng, ada tanda tinta atau tidak di jari tangan pemilih. Bahkan,
lebih jauh lagi, apakah tintanya gampang hilang atau tidak. Semua yang telah
memilih wajib mencelupkan jarinya ke dalam botol tinta yang tidak mudah luntur.
4. Awasi surat suara.
Jumlah surat suara yang disiapkan di setiap TPS sebanyak jumlah pemilih
ditambah cadangan sebanyak 2%. Sedikit lebih peduli dalam berdemokrasi dengan
mencatat jumlah kertas suara di tempat pemungutan suara masing-masing, catat
pula jumlah suara yang batal, dan jumlah suara yang tidak hadir memilih.
Periksalah surat suara sebelum digunakan. Jangan mau menggunakan surat suara
yang sudah rusak.
5. Penghitungan suara.
Sesuai ketentuan undang-undang, pemungutan suara dan penghitungan suara
dilakukan pada hari yang sama. Hanya ada waktu 12 jam untuk menghitung suara di
TPS.
Apapun itu adalah potensi untuk melakukan modus kecurangan pemilu pada
pileg, pilpres dan sebagainya pada 2014 nanti. Jika anda berkuasa, punya dana
besar tinggal dilihat saja penyebaran data yang 65 juta jiwa
diatas. Eksekusi dengan meletakkan orang yang kompeten di tingkat akar
rumput. Evaluasi setiap saat, tinggal dipetik hasilnya saat hajatan 5 tahunnan
sekali bangsa Indonesia ini.
SUMBER:
http://opini-indonesiaku.blogspot.com/2013/09/modus-kecurangan-pemilu-legislatif-dan-eksekutif.html
Yang penting untuk pilpres mendatang tidak ditemukan kecurangan seperti ini lagu
BalasHapus